Selasa, 01 Desember 2015

MAKALAH BAHASA ARAB KAANA WA AKHOWATUHA

  كان واخواتها 
KANA DAN SAUDARA-SAUDARANYA 
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Bahasa Arab Profesi 
Dosen Pengampu: Ahmad Rifa’I M.Pd

 Disusun Oleh: 

Muji Anggun Pratiwi  (1411030115) 
Siti NursoviaH           (1411030049)
 Jur/Kelas/Sms : MPI/A/III





FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN 
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
 RADEN INTAN LAMPUNG 
2015 



BAB I 
PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang 
    Ilmu nahwu merupakan salah satu ilmu alat yang bisa memahamkan kita dalam berbahasa arab serta memahami al-Quran dan Hadits yang menjadi pedoman umat islam di dunia. Serta dapat memahamkan kita dalam mengkaji kitab-kitab karangan para ulama pada zaman dahulu maupun sekarang. Ilmu nahwu dan shorof kalau kita ibaratkan bagaikan perahu dan dayung yang kita gunakan untuk menuju ke sebuah pulau yang indah. Tanpa dayung dan perahu tersebut kita tidak akan dapat menuju ke sebuah pulau tersebut, sama halnya apabila kita tidak tahu tentang ilmu alat ( nahwu dan shorof ) kita tidak akan bisa memahami al-Quran dan Hadits secara baik dan benar. Maka dari itu ilmu alat mempunyai peran yang sangat penting sekali bagi kita semua sebagai media untuk memahamkan kita mempelajari konteks arab. Dalam makalah ini akan dijelaskan sebagian kecil dari ilmu nahwu, yaitu tentang Kaana dan Saudara-saudaranya.

 B. Rumusan Masalah
 1. Apakah pengertian Kaana dan Akhwatnya? 
 2. Bagaimana penggunaan Kaana dan Saudara-saudaranya 
 3. Bagaimanakah pengertian Kaana Taam dan Kaana Naqhis? 

 C. Tujuan Penulisan Makalah 
     Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana penggunaan Kana dan Saudara-saudaranya yang baik dan benar sesuai kaidah bahasa Arab. 


BAB II 
PEMBAHASAN 

A. Pengertian Kaana
   Kaana dan Saudaranya berfungsi merafa’kan mubtada yang sekaligus sebagai isim kaana dan menashabkan khabar yang sekaligus menjadi khabar kaana. 
Contoh : كَانَ مُحَّمَّدٌ جَا لِسًا (Muhammad duduk) 

B. Kaana dan Saudara-saudaranya

 فَاَمَا كَانَ وَاخَوَا تُهَا فَاِنَّهَا تَرْفَعُاِلاسِم وَتَنْصِبُ الْخَبَرَ وَ هِى كَانَ اَمْسَ وَاَصْبَحَ وَاَضْحَى وَظَلَّ وَبَاتَ وَصَارَ وَلَيْسَ وَمَازاَلَ وَمَا نْفَكَ وَمَا فَتِئَ وَمَا بَرِحَ وَمَادَامَ وَمَا ـَصَرَّفَ مِنْهَا نَحْوُ كَانَ وَيَكوُنُ وَكُنْ وَاَصْبَحَ يُصْبِحُ وَاَصْبِحْ تَقُولُ كاَنَ زَيْدُ قَا ئِمًاولَيْسَ عَمْرٌ وَشَاخِصًا وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ. 
Adapun kaana dan saudara-saudaranya berfungsi merafa’kan isimnya dan menashabkan khabarnya, yaitu : كَانَ (adalah/keadaan), اَمْسَ (Waktu sore), اَصْبَحَ (waktu pagi), اَضْحَى (waktu dhuha), ظَلَّ (waktu siang hari), بَاتَ (waktu malam hari), صَار (menjadikan), لَيْسَ (meniadakan) وَمَازاَلَ وَمَا نْفَكَ وَمَا فَتِئَ وَمَا بَرِحَ (tidak terputus-putus), مَادَامَ (tetap dan terus menerus), dan lafazh-lafazh yang bisa di tashrif darinya, misalnya: وَاَصْبِحْ كَانَ وَيَكوُنُ وَكُنْ وَاَصْبَحَ يُصْبِحُ contoh: كاَنَ زَيْدُ قَا ئِمًا (adalah Zaid berdiri) dan لَيْسَ عَمْرٌ وَشَاخِصًا (tiadalah Amr menampakan diri). 
Adapun saudara-saudara Kaana antara lain : 
Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada siang hari. Siang hari zaid puasa زَيْدٌ صَائِمًا ظَلَّ Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada malam hari. Malam hari zaid sahur بَاتَ زَيْدٌ سَاهِرًا Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada waktu dhuha. Waktu dhuha zaid pergi اَضْحَى زَيْدٌ ذَاهِبًا Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada waktu subuh.
اَصْبَحَ اْلبَرْدُ شَدِيْدًا 
Waktu shubuh dingin sekali
Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada sore hari. Sore hari zaid pulang اَمْسَى زَيْدٌ رَاجِعًا Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada siang hari.
Zaid menjadi orang yang alim صَارَ زَيْدٌ عَاِلمًا 
Bermakna bukan atau tidak Zaid bukan dokter لَيْسَ زَيْدٌ طَبِيْبًا 
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih berdiri مَازَالَ زَيْدٌ قَائِمًا
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih puasa مَابَرِحَ زَيْدٌ صَائِمًا 
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih di mesjid مَافَتِئَ زَيْدٌ فِى اْلمَسْجِدِ 
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih bermuqim مَابَرِحَ زَيْدٌ مُقِيْمًا 
Bermakna tetap dan terus menerus. 
Berilah selagi kamu masih tetap memperoleh dirham اَعْطِ مَا دُمْتَ مُصِيْبًا دِرْهَمَا 

C. Macam-macam Kaana dan Saudaranya

   Kaana dan saudaranya semuanya adalah kalimah fi’il dan dapat dibedakan menjadi tiga macam : 
1. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi, mudhari, dan amar, yaitu : صَارَ, ظَلَ, بَا تَ, اَمْسَا, اَصْبًحَ, كَانَ2.
2. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi dan mudhari, yaitu : مَازاَلَ , مَا نْفَكَ . وَمَا فَتِئَ, مَا بَرِحَ.
3.Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi saja لَيْسَ , dan وَمَادَامَ 

 Kaana apabila mudhari; dan i’robnya jazm maka harf nun-nya boleh di buang. 
Contoh : لاَ تَكُنْ ظَا لِمًا لاَ تَكُ ظَا لِمًا 
Khabar kaana dan saudaranya sering ditambah dengan harf jat ba’ ( الْبَاءُ ). 
 Ada lagi fi’il yang fungsinya sama dengan kaana dan saudaranya, antara lain :
 a. Fi’il muqarobah, yaitu fi’il yang menunjukan dekat atau hampir terjadinya khabar, seperti كَاد dan اَوْشَكَ Contoh : كَا دَ الفَقْرُ أَنْ يَكُوْ نَ كُفْرًا (hampir saja kekafiran merubah kekufuran) وَاَوْشَكْتَ الحَرْبُ أَنْ تَنْتَهى (Perang Hampir Selesai) 

 b. Af’alur raja’, yaitu fi’il yang menunjukkan harapan akan terjadinya khabar, fi’il ini antara lain: عَسَ dan جَرَى 
 حَرَى المُعَلِّمُ أَنْ يَحْضُرَ (mudah-mudahan bapak guru segera datang) 

c. Af’ alus syuru’, yatu fi’il yang menunjukkan dimulainya pekerjaan 
Contoh:  
جَعَلَ التَمِذُ يَكْتَبَ الدَ رْسَ (Pelajar itu mulai menulis pelajaran)
 اَخَذَمُحَمَّدٌ يَقْرَأٌالقُرْأنَ (Muhammad mulai membaca Al-Qur’an) 

     Kaana dan saudaranya yang mempunyai isim dan khabar seperti pembahasan tersebut di atas, disebut fi’il naqis. Akan tetapi kaana dan saudaranya kecuali (مَازاَلَ . مَا فَتِئ, لَيْسَ ) yang tidak mempunyai isim dan khabar, dan hanya memiliki fai’l, maka dalam hal ini disebut fi’il tam, 
 سَأَدْهَبُ أِلَى حَيْثُ يَكُوْنُ ذُوْعِلأْمِ (saya akan pergi ke mana saja tempat yang ada orang yang mempunyai ilmu) 

BAB III 
PENUTUP 

 A. Kesimpulan 
   Kaana dan saudaranya berfungsi merafa’kan mubtada yang sekaligus sebagai isim kaana dan menashabkan khabar yang sekaligus menjadi khabar kaana. Kaana dan saudaranya semuanya adalah kalimah fi’il dan dapat dibedakan menjadi tiga macam :
1. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi, mudhari, dan amar, yaitu : صَارَ, ظَلَ, بَا تَ, اَمْسَا, اَصْبًحَ, كَانَ .
2. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi dan mudhari, yaitu : مَازاَلَ , مَا نْفَكَ . وَمَا فَتِئَ, مَا بَرِحَ 6. 
3. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi saja لَيْسَ , dan وَمَادَامَ 
Kaana dan saudaranya yang mempunyai isim dan khabar disebut fi’il naqis. Akan tetapi kaana dan saudaranya kecuali (مَازاَلَ . مَا فَتِئ, لَيْسَ ) yang tidak mempunyai isim dan khabar, dan hanya memiliki fai’l, maka dalam hal ini disebut fi’il tam, 

B. Saran 
    Dengan mempelajari pembahasan kaana wa akhowatuhu, semoga kita dapat mengaplikasikan berbahasa arab yang baik dan benar, 



DAFTAR PUSTAKA 
Sukamto Imanuddin, Akhmad Munawari, Tata Bahasa Arab Sistematis, Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2007. Anwar, Moch, Tarjamah Matan Alfiyah, Bandung: Alma’arif, 1972.

3 komentar: