BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Analisis
Biaya Volume Laba atau biasa disebut dengan Cost Volume Profit
Analysis (CVPA) merupakan
suatu alat yang sangat tepat untuk perencanaan
dan pengambilan keputusan terkait dengan biaya variable per unit, kuantitas
yang terjual, harga produk (prices of products), volume produksi, dan semua informasi keuangan perusahaan yang terkandung
di dalamnya yang sangat mempengaruhi tingkat laba.
Analisis
CVP dapat mengatasi banyak isu lainnya seperti jumlah unit yang harus dijual
untuk mencapai impas, dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, serta
dampak kenaikan harga terhadap laba. Selain itu analisis CVP memungkinkan para
manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak dari
berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba.
Sementara tujuan utama suatu
perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal agar kelangsungan hidup
perusahaan terus berjalan sepanjang waktu, maka perlu dilakukan analisis
terhadap biaya volume laba perusahaan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dibahas bagaimana analisis cost volume profit (CVP) agar manajer dapat
dengan bijak mengambil keputusan yang pasti dan tidak mengandung resiko yang
dapat merugikan perusahaan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa definisi analisis biaya volume laba?
2. Bagaiman Asumsi Analisis
Biaya Volume Laba?
3. Bagaimana Dasar Analisis Biaya-Volume
Dan Laba?
4. Bagaimana Analisis Titik Impas (Break-Even
Point Analysis)?
5. Bagaimana Pemanfaatan Analisis Cost-Volume
Profit untuk Perencanaan?
6. Apa yang dimaksud dengan Marjin
Keamanan?
7. Bagaimana Pemilihan Struktur Biaya?
C.
Tujuan
Penulisan Makalah
Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta
memperdalam pemahaman tentang Cost Volume Profit Analisys sebagai salah
satu skill yang harus dikuasai oleh seorang manager.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Analisis Biaya Volume Laba
Pengertian analisis CVP (cost
volume profit) adalah analisis yang digunakan untuk menentukan bagaimana
perubahan dalam biaya dan volume dapat mempengaruhi pendapatan operasional (operating
income) perusahaan dan pendapatan bersih (net income). Seperti kita
ketahui, jumlah produk yang dihasilkan perusahaan didalam suatu periode
tertentu akan memiliki hubungan langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan
perusahaan. Ketika biaya itu dipertemukan dengan nilai penjualan produk yang
dihasilkan oleh perusahaan, laba perusahaan yang diperoleh pada suatu periode
akan terpengaruh menjadi lebih besar atau lebih kecil. Suatu analisa
yang menggambarkan bagaimana perubahan biaya variabel, biaya tetap, harga jual,
volume penjualan dan bauran penjualan akan mempengaruhi laba perusahaan inilah yang disebut dengan analisis
CVP (cost
volume profit).
Analisis CVP merupakan instrumen yang lazim dipakai untuk menyediakan
informasi yang bermanfaat bagi manajemen untuk pengambilan keputusan, misalkan dalam
menetapkan harga jual produk. Proses analisis ini memerlukan sejumlah
teknik dan prosedur pemecahan masalah dengan bertumpukan pada pemahaman
terhadap pola-pola perilaku biaya perusahaan. Analisis biaya
volume laba (cost profit analysis) merupakan alat yang berguna untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan, khususnya jangka pendek, karena analisis
ini menekankan pada keterkaitan antara biaya, jumlah yang dijual, dan harga.
Analisis biaya volume laba juga dapat menjadi alat yang berharga untuk
mengidentifikasi luas dan besarnya masalah ekonomi yang dihadapi perusahaan dan
membantu menunjukkan secara tepat jawaban yang diperlukan.
Analisis biaya volume laba dapat
diterapkan dalam banyak hal, diantaranya adalah :
1. Menentukan harga jual produk atau jasa.
2. Memperkenalkan produk atau jasa baru.
3. Mengganti peralatan.
4.
Memutuskan
apakah produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan atau
dibeli dari luar perusahaan.
5. Melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu
dipilih oleh manajemen.”
B.
Asumsi Analisis Biaya Volume Laba
Dalam mengambil keputusan,
manajemen juga melihat lima elemen penting terkait analisis cost volume
profit, yaitu:
1. Harga
produk yaitu harga yang ditetapkan di dalam suatu periode tertentu secara konstan.
2. Volume atau
tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan dan direncanakan akan
dijual di dalam suatu periode tertentu.
3. Biaya
variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan secara
langsung pada setiap unit barang yang diproduksi.
4. Total
biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik di dalam suatu periode
tertentu.
5. Bauran
volume produk yang dijual yaitu proporsi volume relatif produk-produk
perusahaan yang akan dijual.
Dalam melihat hubungan
diantara kelima elemen tersebut terdapat beberapa asumsi yang harus digunakan
didalam hubungan diantara besarnya biaya dan volume serta laba yang akan
diperoleh, yaitu :
1. Harga
jual produk yang konstan dalam cakupan yang relevan. Hal ini berarti harga jual
setiap unit produk tidak berubah walaupun terjadi perubahan volume penjualan.
2. Biaya
bersifat linear dalam rentang cakupan yang relevan dan dapat dibagi secara
akurat ke dalam elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah biaya variabel
per unit konstan dan jumlah biaya tetap total juga harus konstan.
3. Dalam
perusahaan mulitiproduk, bauran penjualannya tidak berubah.
4. Jumlah
unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual. Berarti, jumlah
persediaan tidak berubah.
Analisis biaya-volume-biaya
tergantung pada sejumlah asumsi yang membatasi. Asumsi-asumsi tersebut
diantaranya :
1. Semua biaya diklasifikasikan sebagai
biaya variable ataupun biaya tetap. Dianggap bahwa biaya-biaya lainya, seperti
biaya campuran, dapat dipilah-pilah menjadi unsur-unsur biaya variabel dan
tetap. Jumlah biaya tetap sifatnya konstan pada saat aktivitas berubah, dan
biaya variabel per unit itidak berganti ketika aktivitas berubah. Efisiensi dan
produktivitas proses produktif serta tenaga kerja dianggap konstan pula.
2. Fungsi jumlah biaya adalah linier
dalam kisaran relavan. Asumsi ini sahih
dalam kisaran relavan kegiatan usaha normal.
3. Fungsi jumlah kegiatan pendapatan
adalah linier dalam kisaran relavan.
Harga jual per unit dianggap konstan dalam kisaran volume produksi. Hal
ini menyiratkan pasar yang murni kompetitif untuk produk atau jasa akhir.
Jumlah pendapatan berubah sebanding dengan perubaha volume penjualan unit
produk. Harga jual rata-rata perrunit produk adalah konstan.
4. Analisisnya untuk sebuah produk atau
bauran penjualan dari bermacam-macam produk
adalah konstan dalam kisaran relavan . Apabila produk-produk mempunyai harga
jual dan biaya yang berbeda-beda, perubahan bauran penjualan akan mempengaruhi
hasil-hasil analisis biaya-volume-laba.
5. Hanya terdapat satu pemicu biaya :
volume unit produk atau rupiah penjualan
6. Dalam perusahaan pabrikasi, tingkat
persediaan pada awal dan akhir periode adalah sama. Hal ini menyiratkaan bahwa
jumlah unit yang diproduksi selama periode berjalan sama dengan unit yang
dijual.
Dengan
pengertian dan asumsi seperti diatas maka jika salah satu elemen saja berubah
maka hasil analisis cost volume profit pasti akan menghasilkan
kesimpulan yang berbada dan dapat menghasilkan keputusan yang berbeda juga.
Meskipun tujuan utama dari analisis ini adalah untuk melihat hubungan diantara
elemen-elemen tersebut dan pengaruhnya satu dengan yang lainnya.
Terkait asumsi dasar biaya
diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap, Manajemen harus teliti dalam
memasukkan semua biaya variable yang relevan yaitu tidak hanya biaya produksi
saja tapi juga biaya penjualan dan biaya distribusi. Ketelitian ini diperlukan
untuk mengukur biaya variabel per unit. Selain itu, (pada analisis jangka
pendek) biaya tetap yang relevan dapat diartikan sebagai biaya tetap yang
diperkirakan berubah sehubungan dengan peluncuran produk baru. Pada saat biaya
variabel dan biaya tetap dijumlahkan menjadi biaya total, dapat diasumsikan
dengan analisis cost volume profit bahwa pendapatan dan total biaya
adalah linear pada rentang aktivitas yang relevan. Meskipun perilaku biaya
sebenarnya tidak relevan dengan rentang output yang terbatas, total biaya
diharapkan meningkat mendekati tingkat yang linear.
Karena peran yang sangat
vital, analisis cost volume profit ini dapat diterapkan dalam banyak hal
seperti menentukan harga jual produk atau jasa, memperkenalkan produk atau jasa
baru, mengganti peralatan, memutuskan apakah produk atau jasa yang ada
seharusnya dibuat di dalam perusahaan atau dibeli dari luar perusahaan, dan
melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu dipilih oleh
manajemen.
Selain itu
beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:
a.
Linearitas dan
Rentang yang relevan
Model CVP
mengasumsikan bahwa pendapatan dan total biaya adalah linear pada rentang
aktivitas yang relevan.
Meskipun
perilaku biaya sebenarnya tidak relevan dengan rentang output yang terbatas, total biaya
yang diharapkan meningkat mendekati tingkat yang linear.
b.
Mengidentifikasi
biaya tetap dan biaya variabel untuk analisis
CVP
Pada analisis
jangka pendek,
biaya tetap
yang relevan adalah biaya tetap yang diperkirakan berubah sehubungan dengan
peluncuran produk baru untuk mengukur
biaya variabel perunit,
akuntan
manajemen harus
teliti memasukkan semua biaya variable yang relevan, tidak hanya
biaya produksi tapi juga biaya penjualan dan biaya distribusi.
C.
Dasar Analisis Biaya-Volume Dan Laba
Biaya-volume-laba atau analisis
titik impas (cost-volume-profit or breakeven analysis) membahas hubungan antara penerimaan total,
biaya total, dan laba total perusahaan pada berbagai tingkat output.
Biaya-volume-laba atau analisis titik impas sering digunakan para eksekutif bisnis untuk menentukan volume penjualan yang
diperlukan bagi perusahaan untuk mencapai titik impas, laba total dan kerugian
pada tingkat penjualan lainnya.
Pengetahuan dasar yang sangat
menentukan dalam analisis biaya volume dan laba adalah pemahaman tentang
penyusunan laporan laba rugi dengan menggunakan pendekatan variable costing.
Pendekatan ini menghasilkan suatu model laporan laba rugi dimana biaya
diklasifikasikan menurut perilakunya. Agar lebih informatif maka sebaiknya
laporan laba rugi diuraikan dalam bentuk laporan penjualan secara total,
penjualan per unit, dan analisis vertikal yang menunjukan persentase biaya
variabel dan marjin kontribusi dan nilai penjualan.
Misalnya pada bulan Juni 2013 PT
Jakasain menjual 150 unit produknya dengan harga Rp. 3.500 per unit. Biaya
variabel per unit Rp. 2.625. biaya tetap Rp. 75.000. Berdasarkan data ini
maka terlebih dahulu dapat dibuat laporan laba rugi berdasarkan pendekatan
kontribusi, seperti pada ikhtisar berikut ini.
PT JAKSAIN
Laporan Laba Rugi Kontribusi
Bulan Juni 2013
Total
Per
unit
%
Penjualan
(150 unit) Rp525.000
Rp3.500
100
Biaya
biaya variabel Rp393.750
Rp2.625 75
Marjin
kontribusi Rp131.250
Rp875 25
Biaya-biaya
tetap Rp75.000
Laba
usaha Rp56.250
Dengan menggunakan formula:
Marjin kontribusi Rp 875 dibagi
dengan penjualan Rp 3.500 dari laporan laba rugi diatas dapat dihitung rasio
marjin kontribusi per unit sebesar 25 % (Rp 875/Rp 3.500) % atau sama dengan
total rasio marjin kontribusi (Rp 131.250/Rp 525.000) %Marjin kontribusi
memegang peranan penting pada banyak keputusan dalam sebuah perusahaan, seperti
produk apa yang akan diproduksi atau dijual, kebijakan harga mana yang akan diikuti,
strategi pemasaran apa yang akan digunakan, dan jenis fasilitas produktif apa
yang akan dibeli. Hubungan konsep biaya-volume dan laba dalam perencanaan laba
dapat digunakan untuk menghitung titik impas, target laba, marjin keamanan,
komposisi biaya untuk memaksimumkan marjin kontribusi, dan atau titik penutupan
usaha.
D.
Analisis Titik Impas (Break-Even
Point Analysis)
Titik impas merupakan tingkat
aktivitas dimana suatu organisasi tidak mendapatkan laba dan juga tidak
mendapatkan rugi. Titik impas juga dapat didefinisikan sebagai titik dimana
total pendapatan sama dengan total biaya atau sebagai titik dimana total marjin
kontribusi sama dengan total biaya tetap. Tujuan analisis titik impas adalah
untuk mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan dan hasil penjualan sama
dengan jumlah semua biaya variabel dan biaya tetapnya. Perusahaan tidak
mendulang untung ketika hanya mencapai titik impas. Oleh karena itu hanya
penjualan,biaya variabel, dan biaya tetap saja yang dipakai untuk menghitung
titik impas. Titik impas normalnya bukan merupakan sasaran kinerja yang
diharapkan, namun titik impas ini dapat mengindikasikan tingkat penjualan yang
disyariatkan agar perusahaan terhindar dari kerugian. Dengan demikian, titik
impas menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus diraih oleh
perusahaan. Mengetahui titik impas terutama penting ketika sebuah perusahaan
memperkenalkan sebuah produk baru atau memasuki pasar baru. Dalam kedua kondisi
tersebut, Perusahaan harus mengawasi secara hati-hati potensi penjualan dan
membandingkanya dengan titik impas.
Titik impas ini selanjutnya dapat
dihitung dengan menggunakan metode persamaan, metode marjin kontribusi, dan
metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan maupun penjualan dalam satuan
mata uang tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis.
1. Metode Persamaan
Titik
impas dengan metode ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Dari kasus diatas misalkan:
Dari kasus diatas misalkan:
x = jumlah speaker terjual
3.500 = harga
jual per unit
2.625 = biaya variabel per unit
75.000 = total biaya tetap
Karena laba pada titik impas sama
dengan nol maka faktor laba dalam persamaan tersebut dapat diabaikan. Dengan
demikian titik impas dalam unit dapat dihitung sebagai berikut:
3.500x = 2625x + 75.000 + 0
3.500x – 2.625x = 75.000 + 0
875x
= 75.000 + 0
x
= 75.000/875
x = 85,71 unit
Dengan cara sederhana titik impas dalam rupiah selanjutnya dapat dihitung dengan mengalikan 85,71 unit (impas dalam unit) dengan Rp. 3.500 (harga jual per unit produk) = Rp. 300.000. Namun apabila data tidak tersedia untuk menggunakan cara tersebut maka dengan menggunakan data dari kasus di atas titik impas dalam rupiah dapat dihitung dengan prosedur sebagai berikut:
x = 0,25x + Rp. 75.000 + Rp. 0
0,25x = Rp. 75.000
x = Rp.
75.000/0,25
x = Rp. 300.000
2. Metode
Marjin Kontribusi
Metode ini merupakan penyingkatan dari formula
metode persamaan dalam menghitung titik impas. Langkah awal dalam melihat
hubungan antara biaya volume dan laba suatu perusahaan adalah dengan mengerti
dan melihat besarnya marjin kontribusi yang diperoleh suatu perusahaan pada
berbagai tingkat kegiatan. Pada setiap kegiatan perusahaan akan memiliki
kemampuan menghasilkan marjin kontribusi yang berbeda-beda. Besarnya marjin
kontribusi per unit yang dapat diperoleh suatu perusahaan akan menentukan
kecepatan perusahaan tersebut menutup biaya tetapnya dan kemampuannya
menghasilkan laba. Margin kontribusi digunakan dulu untuk menutup beban
tetap dan sisanya akan menjadi laba. Jika margin kontribusi tidak cukup untuk
menutup beban tetap perusahaan, maka akan terjadi kerugian untuk periode
tersebut. Ketika titik impas dicapai, laba bersih akan bertambah sesuai dengan
margin kontribusi per unit untuk setiap tambahan produk yang terjual. Untuk
memperkirakan pengaruh kenaikan penjaulan yang direncanakan terhadap biaya, manajer
cukup mengalikan peningkatan dalam unit yang terjual dengan margin kontribusi
yang per unit. Hasilnya akan menggambarkan peningkatan laba yang diharapkan.
Hal itu terlihat pada formula dibawah ini yang angkanya sama dengan baris kedua
dari terakhir pada penyelesaikan dengan metode persamaan diatas.
Sehingga impas dalam unit = 75.000/875
= 85,71 unit, dan
Impas dalam Rp
= 75.000/25%
= Rp.
300.000
Dalam perhitungan formula diatas
perlu diperhatikan bahwa rasio marjin kontribusi per unit produk akan selalu
sama dengan rasio marjin kontribusi dari total unit penjualan. Kesamaan
tersebut disebabkan perhitungan marjin kontribusi dan rasionya hanya
mempertimbangkan biaya-biaya variabel. Dengan demikian perubahan unit penjualan
akan diikuti oleh kenaikan total pejualan, biaya variabel, dan marjin
kontribusi secara proposional. Karena kenaikan penjualan tidak akan diikuti
oleh kenaikan atau perubahan rasio marjin kontribusi.
Sebagai contoh dapat dilihat bahwa pada volume penjualan 1 unit @Rp 3.500 dan biaya variabel per unit Rp 2.625, marjin kontribusinya = Rp 875 per unit. Dari marjin kontribusi tersebut rasionya menjadi (875/3.500)% = 25%. Tingkat rasio marjin kontribusi yang sama akan diperoleh pada saat volume penjualan berubah menjadi 150 unit dimana total penjualan menjadi Rp 525.000. kenaikan nilai penjualan ini akan diikuti kenaikan biaya variabel dalam presentasi yang sama menjadi Rp 393.750 sehingga marjin kontribusi untuk 150 unit penjualan akan menjadi (131.250/525.000)% atau sama juga dengan 25% seperti marjin kontribusi untuk penjualan 1 unit.
Sebagai contoh dapat dilihat bahwa pada volume penjualan 1 unit @Rp 3.500 dan biaya variabel per unit Rp 2.625, marjin kontribusinya = Rp 875 per unit. Dari marjin kontribusi tersebut rasionya menjadi (875/3.500)% = 25%. Tingkat rasio marjin kontribusi yang sama akan diperoleh pada saat volume penjualan berubah menjadi 150 unit dimana total penjualan menjadi Rp 525.000. kenaikan nilai penjualan ini akan diikuti kenaikan biaya variabel dalam presentasi yang sama menjadi Rp 393.750 sehingga marjin kontribusi untuk 150 unit penjualan akan menjadi (131.250/525.000)% atau sama juga dengan 25% seperti marjin kontribusi untuk penjualan 1 unit.
Demikian perubahan ini akan
valid perhitungannya pada berbagai level perubahan unit penjualan sepanjang
pada kedua alternatif jumlah unit penjualan tidak diikuti oleh peruahan
struktur biaya dan harga jual dalam satuan uang yang digunakan.
3. Metode
grafik
Selain menggunakan dua pendekatan
diatas analisis impas juga dapat dibuat dengan menggunakan grafik. Grafik tersebut
dapat dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Buat garis horizontal (x) untuk menunjukan jumlah unit
produk dan sebuah garis vertikal (y) untuk menunjukan nilai penjualan dan
biaya.
b.
Tarik sebuah garis lurus ke kanan atas dengan kemiringan 45
yang ditarik dari titik 0 perpotongan garis x dan garis y sebagai garis
penjualan.
c.
Buat garis horizontal untuk menujukan jumlah biaya tetap
pada berbagai level unit penjualan.
d.
Buat garis untuk menunjukan jumlah biaya pada berbagai level
unit penjualan yang ditarik dari perpotongan garis y dengan garis biaya tetap.
Daerah yang berada di antara garis ini dengan garis biaya tetapdi bawahnya
menunjukan kisaran biaya variabel.
e.
Buat titik impas pada perpotongan garis penjualan dan garis
total biaya. Tarik garis ke kiri untuk menunjukan jumlah penjualan dalam satuan
uang dan tarik garis vertikal ke bawah untuk menunjukan titik impas dalam unit
penjualan.
f.
Arsir tiga disebelah kanan grafik sebagai daerah laba dan
sebaliknya arsir daerah segitiga di sebelah kiri bawah titik impas sebagai
daerah rugi. Daerah arsiran ini menunjukan bahwa penjualan yang lebih kecil
dari titik impas akan menimbulkan rugi dan sebaliknya penjualan yang lebih
besar akan memberikan laba.
E.
Pemanfaatan Analisis Cost-Volume
Profit untuk Perencanaan
1.
Analisis Target Laba
Analisis target laba dalam aplikasi
hubungan biaya volume dan laba pada dasarnya sama dengan analisis titik impas.
Perbedaannya hanya terletak pada jumlah laba yang diperhitungkan dalam
formulanya. Dalam perhitungan titik impas target laba sama dengan nol,
sementara dalam analisis target laba seperti yang dimaksudkan di atas jumlah
laba yang diperhitungkan dalam formulanya disesuaikan dengan jumlah laba yang
diinginkan, biasanya lebih besar dari pada nol.
Misalkan dari komposisi biaya dan
penjualan dari laporan laba rugi di atas, perusahaan menginginkan laba Rp.
100.000 maka dengan menggunakan formula metode persamaan selanjutnya target
penjualan untuk mendapatkan laba dimaksud dapat dihitung sebagai berikut:
Misalkan:
x = jumlah unit terjual
3.500
= harga jual per unit
2.625
= biaya
variabel per unit
75.000
= total biaya tetap
100.000
= laba bersih yang diinginkan
Metode persamaan: penjualan + biaya tetap + laba
Sehingga
penjualan dalam unit menjadi:
3.500x
= 2.625x + 75.000 + 100.000
3.500x
– 2.625x = 75.000 + 100.000
875x
= 175.000
X
= 175.000/875
Unit
penjualan (x) = 200 unit
Atau
penjualan dalam rupiah:
x
= 0,75x + Rp. 75.000 +
Rp. 100.000
0,25x
= Rp. 75.000 + Rp. 100.000
x
= Rp. 175.000/0,25
x
= Rp. 187.500
200
unit x Rp. 3.500 = Rp. 700.000
Metode marjin kontribusi:
Penujualan dalam unit =
(biaya tetap + target laba)/CM per unit
= (75.000 +
100.000)/875
= 175.000/875
= 200 unit
Penjualan
dalam Rp = (biaya tetap + target
laba)/rasio marjin kontribusi
= (75.000 +
100.000)/25%
= 175.000/25%
= Rp 700.000
Impas dalam satuan
waktu. Bagi sebuah perusahaan yang baru beroperasi titik impas ini tidak selalu
dapat dicapai dalam waktu yang singkat, misalnya setahun.
Industri-industri berat biasanya mencapai titik impas setelah beberapa tahun
beroperasi. Proyeksi pencapaian titik impas dalam satuan waktu ini dapat
dihitung dengan formula-formula di atas. Hasil perhitungannya dapat dihubungkan
dengan biaya, volume dan laba tahunan. Misalnya sebuah perusahaan
diperkirakan akan mencapai titik impas setelah menjual 300 unit produksi
traktor mini. Bila dalam setahun diproduksi rata-rata 100 unit traktor maka
titik impas akan dicapai setelah genap beroperasi selama tiga tahun atau 300
traktor impas dalam unit/100 traktor produksi pertahun x 1 tahun = 3 tahun.
2.
Analisis Multi
Produk
Analisis multi
produk memerlukan adanya asumsi terkait dengan bauran
penjualan(sales mix), yaitu kombinasi berbagai produk yang dihasilkan/dijual
perusahaan. Dengan menentukan suatu bauran penjualan tertentu, analisis multi
produk dapat diubah ke dalam analisis produk tunggal. Namun untuk analisis CVP
kita harus menggunakan bauran penjualan dalam unit. Perusahaan dapat
menyelesaikan masalah multiproduk dengan mengkonversinya menjadi produk
tunggal, yaitu menetapkan produk-produk tersebut sebagai suatu paket, misal suatu
paket terdiri dari 3 produk A dan 2 produk B.
penjualan(sales mix), yaitu kombinasi berbagai produk yang dihasilkan/dijual
perusahaan. Dengan menentukan suatu bauran penjualan tertentu, analisis multi
produk dapat diubah ke dalam analisis produk tunggal. Namun untuk analisis CVP
kita harus menggunakan bauran penjualan dalam unit. Perusahaan dapat
menyelesaikan masalah multiproduk dengan mengkonversinya menjadi produk
tunggal, yaitu menetapkan produk-produk tersebut sebagai suatu paket, misal suatu
paket terdiri dari 3 produk A dan 2 produk B.
Berdasar titik
impas sebesar 82 paket ini, maka titik impas akan terjadi pada penjualan
produk A sebanyak 246 paket (3 x 82) dan produk B sebanyak 164 paket (2 x 82).
produk A sebanyak 246 paket (3 x 82) dan produk B sebanyak 164 paket (2 x 82).
3.
Analisis Sensivitas
Salah satu aspek penting dalam analisis
cost-volume-profit ini bahwa adanya perubahan dalam satu faktor atau lebih
yang mempengaruhi analisis, dapat diadakan penilain atau evaluasi. Aspek ini
sangat penting bagi manajemen dalam proses penyusunan atau perencanaan anggaran,
karena hal ini memungkinkan diadakan testing untuk menentukan akibat adanya
perubahan faktor atau mempertimbangkan berbagai alternatif. Metode yang
digunakan adalah laporan laba rugi komparatif.
Analisis
sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari
perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem
produksi dalam menghasilkan keuntungan. Dengan melakukan analisis sensitivitas
maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat
diketahui dan diantisipasi sebelumnya.
Contoh: Perubahan
biaya produksi dapat mempengaruhi tingkat kelayakan
Alasan
dilakukannya analisis sensitivitas adalah untuk mengantisipasi adanya
perubahan-perubahan berikut:
1.
Adanya cost overrun, yaitu kenaikan
biaya-biaya, seperti biaya konstruksi, biaya bahan-baku, produksi, dsb.
2.
Penurunan
produktivitas .
3.
Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek. Setelah
melakukan analisis dapat diketahui seberapa jauh dampak perubahan tersebut
terhadap kelayakan proyek: pada tingkat mana proyek masih layak dilaksanakan.
F.
Marjin Keamanan (margin of
safety)
Marjin keamanan (margin of
safety) merupakan kelebihan penjualan yang dianggarkan atau realisasi di
atas volume penjualan pada titik impas. Hasil perhitungannya menunjukan jumlah
sampai seberapa besar penjualan dapat turun sehingga sampai pada titik impas.
Perhitungannya dapat dinyatakan dalam unit, satuan uang dan presentase.
Perhitungan ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi manajemen agar lebih
berhati-hati dalam memelihara tingkat penjualan yang sudah di capai, agar
perusahaan tidak mengalami penurunan penjualan sampai pada suatu tingkat yang
merugikan.
Pada kasus
diatas, misalnya PT SMR menjual 150 unit @Rp. 3.500 dengan titik impasnya 85,71
unit. Dengan menggunakan formula:
Dimana:
Total Penjualan : jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan dalam periode tertentu
Total Penjualan : jumlah penjualan yang telah didapat oleh perusahaan dalam periode tertentu
Penjualan impas : jumlah penjualan yang harus
tercapai dimana dalam kondisi ini perusahaan tidak mengalami untung maupun
rugi.
Contoh:
Sebuah perusahaan X berproduksi dengan biaya tetap Rp.75.000, biaya variabel per unit Rp 2.652 harga jual per unit Rp 3.500 kapasitas produksi maksimal 150 unit dan kenaikan laba yang direncanakan sebesar 20% maka margin pengamanan penjualannya sebesar:
Sebuah perusahaan X berproduksi dengan biaya tetap Rp.75.000, biaya variabel per unit Rp 2.652 harga jual per unit Rp 3.500 kapasitas produksi maksimal 150 unit dan kenaikan laba yang direncanakan sebesar 20% maka margin pengamanan penjualannya sebesar:
MOS
= (3.500 x 150) – ( Rp 300.000)
= Rp 525.000 – Rp 300.000
= Rp 225.000
Dengan mengetahui titik marjin
keamanan tersebut maka manajemen dapat merumuskan berbagai strategi, taktik,
dan langkah-langkah operasional untuk bertahan agar penjualan tidak mengalami
abrasi sampai melebihi angka marjin keamanan. Dalam rangka penerapan
fungsi-fungsi manajemen pendekatan analisis hubungan biaya, volume dan laba
termasuk perhitungan seperti ini akan memberikan isyarat kepada manajemen
mengenai apa yang sedang terjadi dalam pencapaian tujuan atau perolehan laba
perusahaan.
G.
Pemilihan Struktur Biaya Leverage
operasi
Agar dapat memepertahankan stabilitas labanya,
perusahaan memerlukan analisis struktur biaya. Untuk itu diantaranya perlu
dipertimbangkan faktor-faktor operating leverage, struktur komisi
penjualan, dan bauran penjualan. Leverage operasi adalah suatu ukuran
suatu ukuran kemampuan manajemen memanfaatkan biaya tetap dalam suatu
organisasi agar mencapai tingkat laba tertentu. Faktor leverage operasi
mempengaruhi sensitivitas laba bersih terhadap perubahan penjualan.
Semakin tinggi biaya tetap, maka semakin tinggi operating leverage yang dicapai
dan semakin besar pula sensivitas laba bersih terhadap perubahan penjualan.
Jika sebuah perusahaan mempunyai operating of leverage tinggi, maka sedikit
saja peningkatan dalam penjualan dapat menghasilkan peningkatan persentase yang
besar dalam laba. Sebaliknya jika perusahaan mempunyai operating leverage
rendah, maka pengaruh peningkatan dalam penjualan terhadap peningkatan laba
bersih adalah rendah.
Dengan pendekatan tingkat leverage
operasi tersebut selanjutnya manajemen dapat membuat proyeksi peningkatan laba
dengan menggunakan formula:
% kenaikan laba bersih = tingkat
leverage operasi x % kenaikan penjualan
Memaksimalkan marjin kontribusi.
Misalnya sebuah perusahaan mendapat penawaran berupa dua pekerjaan yang sama-sama
menarik. Salah satunya mendapat pembayaran Rp 20.000 per jam dan yang lainnya
Rp 30.000 per jam. Bila tidak mendapatkan kendala kapasitas dan ingin
memaksimumkan laba per jam, tentu saja secara alamiah akan memilih pekerjaan
dengan pembayaran Rp30.000 per jam. Tetapi bila terdapat kendala sumber daya
seperti bahan baku, tenaga kerja, atau jam mesin, maka manajemen harus
menggunakan sumber daya tersebut dengan cara yang optimum untuk memaksimalkan
laba.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis
biaya volume laba (cost-volume-profit analysis) adalah analisis
pola-pola prilaku biaya yang mendsari hubungan-hubungan antara biaya,volume,
dan laba. Analisi biaya-volume-laba kerap pula disebut analisis impas
(break-even analysis) karena signifikansisme mengacu pada sebuah pemicu biaya
aktivitas, seperti unit penjualan, yang diasumsikan berkorelasi dengan
perubahan-perubahan pendapatan, biaya, dan laba. Analisis biaya-volume-laba
merupakan persoalan yang kompleks karena hubungan-hubungan tersebut kerap
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian diluar kendali
manajemen.
Titik impas merupakan tingkat aktivitas dimana suatu
organisasi tidak mendapatkan laba dan juga tidak mendapatkan rugi. Titik impas
juga dapat didefinisikan sebagai titik dimana total pendapatan sama dengan
total biaya atau sebagai titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total
biaya tetap. Titik impas ini selanjutnya dapat dihitung dengan menggunakan
metode persamaan, metode marjin kontribusi, dan metode grafik, baik dalam
hitungan unit penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang tertentu yang
digunakan dalam transaksi bisnis. Dalam perencanaan analisis biaya volume laba
dapat dimanfaatkan dengan menggunakan 2 cara yaitu, analisis target laba dan
analisis sensitivitas.
Dengan mengetahui titik marjin keamanan tersebut maka
manajemen dapat merumuskan berbagai strategi, taktik, dan langkah-langkah
operasional untuk bertahan agar penjualan tidak mengalami abrasi sampai
melebihi angka marjin keamanan.
B.
Saran
Setelah
membahas dan mempelajari analisis biaya volume laba ini, diharapkan kita dapat menganalisis
biaya volume laba pada suatu perusahaan tertentu sebagai skill penunjang bagi
seorang manajer.
DAFTAR
PUSTAKA
Anthony A.Atkinson, Robert S.Kaplan, Ella mae matsumura, S.Mark Young :
Akuntansi Manajemen, Edisi ke 5 jilid 1.
Drs.
Abdul halim, M.B.A., Akuntan dan Drs. BambangSupono,Akuntan”Akuntansi Manajeman “ Edisi Pertama,Yogyakarta, BPFE,1999
http://www.mas-sugeng.com/
ANALISA BIAYA - VOLUME – LABA.